Terbaru

Mistik Kita hadir untuk Anda. Dengan harapan memberi keajaiban dan inspirasi dalam kehidupan Anda.

More

Wednesday, December 17, 2014

Kronologi Jatuhnya Pemerintah Soeharto dan Lahirnya Reformasi

PERKEMBANGAN MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA REFORMASI

 
C. Kronologi Jatuhnya Pemerintah Soeharto dan Lahirnya Reformasi
Soeharto berkuasa dan dilantik sebagai presiden Indonesia sebanyak 7 kali. Ia menjabat sebagai presiden dimulai pada tahun 1968, 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Pada akhir masa jabatannya, Presiden Soeharto banyak meninggalkan jejak yang buruk. Sistem pemerintah yang otoriter dengan kroni-kroninya dalam lilitan KKN, ekonomi konglomerasi yang amat rapuh, bangunan kehidupan sosial yang tidak berpihak kepada masyarakat, serta sistem budaya feodalistik akhirnya menjadi senjata makan tuan pada pertenggahan tahun 1997. Akibat hal-hal tersebut, akhirnya Presiden Soeharto lengser dari jabatannya sebagai presiden RI.

Secara umum, lengsernya Soeharto dan kursi kepresidenannya dimulai dari demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan ormas. Pada awal Mei 1998, mahasiswa memelopori unjuk rasa menuntut dihapuskannya KKN, penurunan harga-harga kebutuhan pokok, dan Soeharto turun dan jabatan presiden. Ketika para mahasiswa melakukan demonstrasi pada tanggal 12 Mei 1998, terjadi bentrokan dengan aparat kemananan. Pada peristiwa tersebut beberapa mahasiswa Trisakti cidera dan bahkan tewas. Di antara mahasiswa Trisakti yang tewas adalah Elang Mulya Lesmana, Hery Hartanto, Hendriawan Sie, dan Hafidhin Royan. Pada tanggal 13-14 Mei 1998 di Jakarta dan sekitarnya, terjadi kerusuhan massa. Massa membakar pusat-pusat pertokoan dan melakukan penjarahan. Pada tanggal 19 Mei 1998, puluhan ribu mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR. Mereka menuntut Soeharto turun dan jabatan presiden. Namun, Presiden Soeharto hanya mereshuffle kabinet. Hal itu tidak menyurutkan tuntutan dari masyarakat. Pada tanggal 20 Mei 1998, Soeharto memanggil tokoh-tokoh masyarakat untuk memperbaiki keadaan dengan membentuk Kabinet Reformasi. Kabinet ini nantinya akan dipimpin oleh Soeharto sendiri. Tokoh-tokoh masyarakat tidak menanggapi usul Soeharto tersebut.

Al( hirnya pada hari Kamis 21 Mei 1998 sekitar pukul 09.00 WIB, Presiden Soeharto membacakan pidato pengunduran dirinya sebagai Presiden RI. Pembacaan pidato tersebut dilakukan di Istana Merdeka. Sesuai Pasal 8 UUD 1945, Wakil Presiden B.J. Habibie akan melanjutkan sisa masa jabatan presiden mandataris MPR 1998-2003. B.J. Habibie dilantik sebagai presiden RI menggantikan Soeharto. B.J. Habibie mengucapkan sumpah disaksikan oleh Ketua Mahkamah Agung. Selanjutnya, Menhankam/Pangab Jenderal Wiranto mengumumkan bahwa ABRI akan tetap menjaga keselamatan dan kehormatan mantan presiden mandataris MPR, termasuk Presiden Soeharto dan keluarganya.


Secara kronologis, jatuhnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto dapat dijabarkan sebagai berikut.
1.    22 Januari 1998
Rupiah tembus  17.000,- per dolar AS, IMF tidak menunjukkan rencana bantuannya.
2.    12 Februari 1998
Soeharto menunjuk Wiranto, menjadi Panglima Angkatan Bersenjata.
3.    5 Maret 1998
Dua puluh mahasiswa Universitas Indonesia mendatangi Gedung DPR/MPR. Mereka menyatakan penolakan terhadap pidato pertanggungjawaban presiden yang disampaikan pada Sidang Umum MPR dan menyerahkan agenda reformasi nasional. Mereka diterima Fraksi ABRI.
4.    10 Maret 1998
Soeharto terpilih kembali untuk masa jabatan lima tahun yang ketujuh kali dengan menggandeng B.J. Habibie sebagai wakil presiden.
5.    14 Maret 1998
Soeharto mengumumkan kabinet baru yang dinamai Kabinet Pembangunan VII. Bob Hasan dan anak Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana, terpilih menjadi menteri.
6.    15 April 1998
Soeharto meminta mahasiswa mengakhiri protes dan kembali ke kampus.
Hal itu karena sepanjang bulan Maret dan April, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi swasta dan negeri melakukan unjuk rasa. Mahasiswa menuntut dilakukannya reformasi politik.
7.    18 April 1998
Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Jenderal Pam. Wiranto dan 14 menteri Kabinet Pembangunan VII mengadakan dialog dengan mahasiswa. Dialog tersbeut dilakukan di Pekan Raya Jakarta. Namun, banyak perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang menolak dialog tersebut.
8.    1 Mei 1998
Soeharto melalui Menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri Penerangan Alwi Dahlan mengatakan bahwa reformasi baru bisa dimulai tahun 2003.
9.    2 Mei 1998
Pernyataan itu diralat dan kemudian dinyatakan bahwa Soeharto mengatakan reformasi bisa dilakukan sejak sekarang (1998). Mahasiswa di Medan, Bandung, dan Yogyakarta menyambut kenaikan harga bahan bakar minyak dengan demonstrasi besar-besaran. Demonstrasi disikapi dengan represif oleh aparat. Di beberapa kampus terjadi bentrokan.
10. 4 Mei 1998
Harga BBM melonjak tajam hingga 71%. Disusul tiga hari kerusuhan di Medan dengan korban sedikitnya enam meninggal.
11    7 Mei 1998
Terjadi bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan di kampus Fakultas Teknik Universitas Jayabaya, Cimanggis. Bentrokan ini mengakibatkan sedikitnya 52 mahasiswa dibawa ke RS Tugu Ibu, Cimanggis. Dua di antaranya terkena tembakan di leher dan lengan kanan. Sisanya mengalami cedera akibat pentungan rotan dan mengalami iritasi mata akibat gas air mata.
12. 8 Mei 1998
Terjadi peristiwa Gejayan, yaitu bentrok antara massa mahasiswa dan aparat kepolisian. Akibat bentrokan ini, satu mahasiswa Yogyakarta tewas terbunuh.
13. 9 Mei 1998
Soeharto berangkat seminggu ke Mesir untuk menghadiri pertemuan KTT G- 15. Ini merupakan lawatan terakhirnya keluar negeri sebagai presiden RI.
14.     12 Mei 1998
Tragedi Trisakti, bentrok mahasiswa dan aparat kepolisian yang berakibat empat mahasiswa Trisakti terbunuh.
15, 13 Mei 1998
a. Kerusuhan Mei 1998 pecah di Jakarta dan Kota Solo.
b. Soeharto yang sedang menghadiri pertemuan negara-negara berkembang G-15 di Kairo, Mesir, memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Di Kairo, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan masyarakat Indonesia di sana dan menyatakan akan mengundurkan diri dan jabatannya sebagai presiden.
c. Etnis Tionghoa sebagian mulai eksodus meninggalkan Indonesia.
16. 14 Mei 1998
a. Demonstrasi terus bertambah besar hampir di semua kota di Indonesia. Demonstran Y; mengepung dan menduduki gedung-gedung DPRD di daerah.
b. Soeharto, seperti dikutip koran, mengatakan bersedia mengundurkan diri jika rakyat menginginkan. Ia mengatakan itu di depan masyarakat Indonesia di Kairo.
c. Kerusuhan di Jakarta berlanjut. Ratusan orang meninggal dunia akibat kebakaran yang terjadi selama kerusuhan terjadi.
17. 15 Mei 1998
Selesai mengikuti KTT G-15, tanggal
15 Mei1998, Presiden Soeharto kembali ke tanah air dan mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, subuh dini hari. Menjelang siang hari, Presiden Soeharto menerima Wakil Presiden B.J. Habibie dan sejumlah pejabat tinggi negara lainnya.
18. 17 Mei 1998
Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya, Abdul Latief melakukan langkah mengejutkan pada Minggu, 17 Mei 1998. Ia mengajukan surat pengunduran diri kepada Presiden Soeharto. Alasan pengundurannya adalah masalah keluarga, terutama desakan anak-anaknya.
19. 18 Mei 1998
a. Pukul 15.20 WIB, ketua MPR yang juga ketua Partai Golkar, Harmoko dengan suara tegas menyatakan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, pimpinan DPR, baik ketua maupun para wakil ketua, mengharapkan Presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana. Pernyataan itu dilakukan di gedung DPR yang dipenuhi ribuan mahasiswa. Pernyataan itu dilakukan di gedung DPR yang dipenuhi ribuan mahasiswa. Harmoko saat itu didampingi seluruh wakil ketua DPR, yaitu Ismail Hasan Metareum, Syarwan Hamid, Abdul Gafur, dan Fatimah Achmad.
b. Pukul 21.30 WIB, empat orang menko (Menteri Koordinator) diterima Presiden Soeharto di Cendana untuk melaporkan perkembangan. Mereka juga berniat menggunakan kesempatan itu untuk menyarankan agar Kabinet Pembangunan VII dibubarkan saja, bukan di-reshuffle. Tujuannya, agar mereka yang tidak terpilih lagi dalam kabinet reformasi tidak terlalu "malu". Namun, niat itu tampaknya sudah diketahui oleh Presiden Soeharto. Ia langsung mengatakan, "Urusan kabinet adalah urusan saya." Akibatnya, usul agar kabinet dibubarkan tidak jadi disampaikan. Pembicaraan beralih pada soal-soal yang berkembang di masyarakat.
c.     Pukul 23.00 WIB, Menhankam/Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto mengemukakan, ABRI menganggap pernyataan pimpinan DPR agar Presiden Soeharto mengundurkan diri itu merupakan sikap dan pendapat individual, meskipun pernyataan itu disampaikan secara kolektif. Wiranto mengusulkan pembentukan "Dewan Reformasi".
d. Gelombang pertama mahasiswa dari FKSMJ dan Forum Kota memasuki halaman     dan enginap di Gedung DPR/MPR.
20.     19 Mei 1998
a. Pukul 09.00-11.32 WIB, Presiden Soeharto bertemu ulama dan tokoh masyarakat, yaitu Ketua Umum PB Nandlatul Ulama Abdurrahman Wahid, budayawan Emha Ainun Nadjib, Direktur Yayasan Paramadina Nurcholish Madjid, Ketua Majelis Ulama Indonesia Ali Yafie, Prof. Malik Fadjar (Muhammadiyah), Guru Besar Hukum Tata Negara dan Universitas Indonesia Yusril Ihza Mahendra, KH. Cholil Baidowi (Muslimin Indonesia), Sumarsono (Muhammadiyah), serta Achmad Bagdj a dan Ma'ruf Amin dart NU. Pada pertemuan yang berlangsung selama hampir 2,5 jam (motor dart rencana semula yang hanya 30 menit) itu, para tokoh membeberkan situasi terakhir. Elemen masyarakat dan mahasiswa tetap menginginkan Soeharto mundur. Soeharto lalu mengajukan pembentukan Komite Reformasi.
b. Presiden Soeharto mengemukakan, akan segera mengadakan reshuffle Kabinet Pembangunan VII, sekaligus mengganti namanya menjadi Kabinet Reformasi. Presiden juga membentuk Komite Reformasi. Nurcholish sore hari mengungkapkan bahwa gagasan reshuffle kabinet dan membentuk Komite Reformasi itu multi dart Soeharto, dan bukan usulan mereka.
c.     Pukul 16.30 WIB, Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita bersama Menperindag Mohamad Hasan melaporkan kepada presiden soal kerusakan jaringan distribusi ekonomi. Kerusakan tersebut diakibatkan aksi penjarahan dan pembakaran. Bersama mereka juga ikut Menteri Pendayagunaan BUMN Tanri Abeng yang akan melaporkan soal rencana penjualan saham BUMN yang beberapa peminatnya menyatakan mundur. Pada saat itu, Menko Ekuin juga menyampaikan reaksi negatif para senior ekonomi, Emil Salim, Soebroto, Arifin Siregar, Moh Sadli, dan Frans Seda, atas rencana Soeharto membentuk Komite Reformasi dan me-reshuffle kabinet. Mereka intinya menyebut, tindakan itu mengulur-ulur waktu.
d. Ribuan mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR, Jakarta.
e. Amien Rais mengajak massa mendatangi Lapangan Monumen Nasional untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional.
f. Dilaporkan bentrokan terjadi dalam demonstrasi di Universitas Airlangga, Surabaya.
21. 20 Mei 1998
a. Amien Rais membatalkan rencana demonstrasi besar-besaran di Monas, setelah 80.000 tentara bersiaga di kawasan Monas.
b. Sebanyak 500.000 orang berdemonstrasi di Yogyakarta, termasuk Sultan Hamengkubuwono X. Demonstrasi besar lainnya juga terjadi di. Surakarta, Medan, dan Bandung.
c. Harmoko mengatakan Soeharto sebaiknya mengundurkan dirt pada Jumat, 22 Mei 1998, atau DPR/MPR akan terpaksa memilih presiden baru.
d. Pukul 14.30 WIB,     14 menteri bidang ekuin mengadakan pertemuan di Gedung Bappenas. Dua menteri lain, yaitu Mohamad Hasan dan Menkeu Fuad Bawazier tidak hadir. Mereka sepakat tidak bersedia duduk dalam Komite Reformasi, ataupun Kabinet Reformasi hasil reshuffle. Semula ada keinginan untuk menyampaikan hasil pertemuan itu secara langsung kepada Presiden Soeharto, tetapi akhirnya diputuskan menyampaikannya lewat sepucuk surat. Alinea pertama surat itu, secara implicit meminta agar Soeharto mundur dari jabatannya. Perasaan ditinggalkan, terpukul, telah membuat Soeharto tidak mempunyai pilihan lain kecuali memutuskan untuk mundur. Ke-14 menteri itu adalah Akbar Tandjung, AM Hendropriyono, Ginandjar Kartasasmita, Giri Suseno, Haryanto Dhanutirto, Justika Baharsjah, Kuntoro Mangkusubroto, Rachmadi Bambang Sumadhijo, Rahardi Ramelan, Subiakto Tjakrawerdaya, Sanyoto Sastrowardoyo, Sumahadi, Theo L. Sambuaga, dan Tanri Abeng.
e.     Pukul 20.00 WIB, surat hasil keputusan     14 menteri bidang ekuin disampaikan kepada Kolonel Sumardjono. Surat itu kemudian disampaikan kepada Presiden Soeharto.
f.    Soeharto kemudian bertemu dengan tiga mantan wakil presiden; Umar Wirahadikusumah, Sudharmono, dan Tri Sutrisno.
g. Pukul 23.00 WIB, Soeharto memerintahkan ajudan untuk memanggil Yusril Ihza Mahendra, Mensesneg Saadillah Mursjid, dan Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto. Soeharto sudah berbulat hati menyerahkan kekuasaan kepada Wapres B.J. Habibie.
h. Wiranto sampai tiga kali bolak-balik Cendana-Kantor Menhankam untuk menyikapi keputusan Soeharto. Wiranto perlu berbicara dengan para Kepala Staf Angkatan mengenai sikap yang akan diputuskan ABRI dalam menanggapi keputusan Soeharto untuk mundur. Setelah mencapai kesepakatan dengan Wiranto, Soeharto kemudian memanggil Habibie.
i.     Pukul 23.20 WIB, Yusril Ihza Mahendra bertemu dengan Amien Rais. Pada pertemuan itu, Yusril menyampaikan bahwa Soeharto bersedia mundur dari jabatannya. Kata-kata yang disampaikan oleh Yusril adalah, "The old man most probably has resigned". Yusril juga menginformasikan bahwa pengumumannya akan dilakukan Soeharto 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB. Kabar itu lalu disampaikan juga kepada Nurcholish Madjid, Emha Ainun Najib, Utomo Danandjaya, Syafii Ma' arif, Djohan Effendi, H Amidhan, dan yang lainnya. Mereka segera mengadakan pertemuan di markas para tokoh reformasi damai di Jalan Indramayu 14 Jakarta Pusat, yang merupakan rumah dinas Dirjen Pembinaan Lembaga Islam, Departemen Agama, Malik Fadjar. Di sana, Cak Nur (panggilan akrab Nurcholish Madjid) menyusun ketentuan-ketentuan yang harus disampaikan kepada pemerintahan baru.
22. 21 Mei 1998
a. Pukul     01.30 WIB, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Amien Rais dan cendekiawan Nurcholish Madjid (almarhum) pagi dini hari menyatakan, "Selamat tinggal pemerintahan lama dan selamat datang pemerintahan baru".
b. Pukul 09.00 WIB, Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya. Soeharto kemudian mengucapkan terima kasih dan mohon maaf kepada seluruh rakyat dan meninggalkan halaman Istana Merdeka didampingi ajudannya, Kolonel (Kay) Issantoso dan Kolonel (Pol) Sutanto
c. Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi presiden baru Indonesia. Sumber: Dokumentasi Penerbit
d. Jenderal Wiranto mengatakan ABRI akan tetap melindungi presiden dan mantan-mantan presiden, "ABRI akan tetap menjaga keselamatan dan kehormatan para mantan presiden/mandataris MPR, termasuk mantan Presiden Soeharto beserta keluarga."
e.  Terjadi perdebatan tentang proses transisi ini. Yusril Ihza Mahendra, salah satu yang pertama mengatakan bahwa proses pengalihan kekuasaan adalah sah dan konstitusional.
23. 22 Mei 1998
a.  Habibie mengumumkan susunan "Kabinet Reformasi".
b. Letjen Prabowo Subiyanto dicopot dari jabatan Panglima Kostrad.
c. Di gedung DPR/MPR, bentrokan hampir terjadi antara pendukung Habibie yang memakai simbol-simbol dan atribut keagamaan dengan mahasiswa yang masih bertahan di Gedung DPRIMPR. Mahasiswa menganggap bahwa Habibie masih tetap bagian dari rezim Orde Baru. Tentara mengevakuasi mahasiswa dari gedung DPRIMPR ke Universitas Atma Jaya.








1 comment: